MAKALAH
DISUSUN OLEH
GUSWANTO 14101154250003
ANDIKA 1410115425000
SYAHRUL RAMADHAN
ELIA KANDAU 14101154250
REFAL RINANDA 14101154250
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK”
PADANG
2015
Kata Pengantar
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah tentang Proses Pengolahan Logam untuk
menyelesaikan tugas dari mata kuliah Proses produksi.
Dalam berbagai hal benda-benda kerja yang
dibentuk melalui proses pengecoran memiliki keunggulan baik sifat maupun
efisiensinya pembentukannya, bahkan tidak dimiliki oleh bahan yang dibentuk
dengan cara lain, misalnya pada besi/baja tempa, dimana benda-benda tuangan
(hasil pengecoran) sifat-sifatnya dapat ditentukan oleh formulasi campuran dan
dapat diperbaiki menurut kebutuhan kita, bentuk dan dimensinya dapat dibentuk
melalui pengecoran ini, misalnya rongga-rongga, saluran-saluran dan lain-lain
yang mungkin tidak dapat dilakukan dengan cara lain, dengan demikian benda
tuangan berkembang sejalan dengan moderenisasi teknologi itu sendiri. Hal ini
dikarenakan benda tuangan memiliki keunggulan dan dapat diterima diberbagai
jenis produk, seperti permesinan, automotif, listrik dan elektronik,
konstruksi/ bangunan gedung, assesoris dan lain-lain.
Walaupun
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan mash kurangnya kemampuan
dari penulis. Kami berharap kepada Bapak Dosen atau pembaca untuk memberikan
kritik dan saran demi kesempurnaan makalah tentang Proses Pengolahan Logam ini.
Penulis beharap mudah-mudahan makalah ini
berguna dan bermanfaat untuk kita semua.
PADANG, 01 DESEMBER 2015
PENULIS
BAB
I
PENDAHULUAN
1. LATAR
BELAKANG
Jika
kita berbicara tentang Bahan dalam proses produksi, pemikiran kita pasti tidak
akan lari dari logam, besi, baja, timah dan lain2. Karena masih banyak nya dari
mahasiswa industri yang masih kurang pemahaman tentang proses pengolahan logam.
Bahan
logam adalah material utama dalam produksi, baik sebagai mesin maupun sebagai
bahan utama untuk pembuatan produk. Maka dari itu kami mengangkat masalah
Proses Pengolahan Logam dalam makalah ini.
2. Rumusan
makalah
makalah kami ini akan membahas hal-hal yang
berkaitan dengan “PROSES PENGOLAHAN LOGAM, Casting, Wire Drawing, Forging
(tempa), Ekstrusi, Metalurgi Serbuk dan Proses Proteksi Logam Dari Korosi.”.
3. Tujuan
makalah
Tujuan
pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “PROSES PRODUKSI”
dan juga untuk menambah pengetahuan kami terhadap bahan-bahan terutama logam
yang sangat dibutuhkan dalam dunia industri.
BAB II
ISI
1.
PROSES PENGERJAAN LOGAM
Mengalami deformasi plastik dan
perubahan bentuk
·
pengerjaan
panas, gaya deformasi yang diperlukan adalah lebih rendah dan perubahan sifat
mekanik tidak seberapa.
·
pengerjaan
dingin. diperlukan gaya yang lebih besar, akan tetapi kekuatan logam tersebut
akan meningkat dengan cukup berarti
·
Suhu
rekristalisasi logam menentukan batas antara pengerjaan panas dan dingin (Tr =
½ Tm).
·
Pengerjaan
panas logam dilakukan di atas suhu rekristalisasi atau di atas daerah
pengerasan kerja.
·
Pengerjaan
dingin dilakukan di bawah suhu rekristalisasi dan kadang-kadang berlangsung
pada suhu ruang.
1.1
PROSES BIJIH LOGAM
Bijih-bijih logam yang yang diperoleh dari hasil penambangan terlebih dahulu dipecah menjadi bagian-bagian kecil. Pecahan-pecahan tersebut kemudian digiling halus, untuk selanjutnya dicampur dengan minyak dan air diaduk hingga antara tepung, minyak dan air tercampur dengan baik, kemudian ditenangkan. Minyak akan mengikat logam dan belerang yang akan berada di bagian atas adonan, sedangkan air akan mengikat lumpur dan kotoran lain yang berada di bagian bawah adonan. Setelah dipisahkan antara yang ada di bagian bawah dengan bagian atas, campuran lumpur dan air dibuang. Campuran antara minyak, logam dan belerang tersebut kemudian dipanasi dengan udara panas untuk menghilangkan belerang hingga diperoleh logam oksid.
1.2
PROSES KERING (PIROMETALURGI)
Bijih logam yang sudah diproses menjadi logam oksid dimasukkan ke dalam dapur api untuk mereduksi oksigennya dalam suatu proses dioksidasi dalam dapur tersebut. Logam oksid dipanasi hingga cair belerang yang tersisa juga ikut terbakar pada saat yang sama. Kandungan-kandungan yang lain misalnya silikon dan besi dioksidasikan menjadi terak yang mengapung di atas cairan logam kemudian teraknya dipisahkan. Maka diperoleh cairan logam dengan kadar kemurnian 99%.
1.3
PROSES BASAH
(HIDROMETALURGI)
Prose ini sering juga dikatakan senagai elektro metalurgi. Dalam proses ini dengan oksid ditenangkan dalalm larutan sulfat/alkali melalui saringan. Bila perliu digabung dengan reaksi kimia tertentu untuk membebaskannya dari logam-logam yang tidak diinginkan. Kemudian di masukkan ke dalam lautan tembaga sulfat (elektrolit untuk mengikutiproses elektrolisa) dengan bntuan dua buah elektrode yang dialiri listrik arus searah. Larutan yang mengandung logam dipisahkan. Logam-logam sebagai ion positif bergerak menuju katode negatif dan di sana dibuang. Hasil dari proses elektrolisis ini adalah logam dengan kemurnian (98-99%).
1.4
PROSES KERAMIK
Logam yang bertitik lebur tinggi seperti wolfram dan molibdenium tidak dapat diproses dengan proses kering maupun basah melainkan dengan proses keramik. Proses keramik/yang biasa juga disebut proses sinter, terdiri atas penerjaan sebagai berikut:
1)
serbuk logam karbida diberi pengerjaan pendahuluan,
yaitu digiling, dicampur, ditamah dengan lilin dan dijadikan butiran-butiran.
2)
serbuk yang
telah diberi pengerjaan pendahuluan ini dipadatkan.
3)
bentuk yang telah padat tersebut diberi pengerjaan
sinter pendahuluan pada suhu ± 700°C.
4)
bentuk padat yang telah diberi pengerjaan sinter
pendahuluan tersebut dipadatkan lagi dengan tekanan tinggi (60 N/cm2)
5)
kemudian bentuk
padat tersebut di sinter lagi pada suhy 1400°C
6)
selanjutnya hasil sinter yang kedua tersebut dicloning
untuk menghilangkan distorsi bentuk yang kecil dan menjaga komponen agar dalam
toleransi yang dikehendaki.
2.
CASTING
Proses Pengecoran (casting) adalah salah satu teknik
pembuatan produk dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian
dituangkan ke dalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari produk
cor yang akan dibuat. Pengecoran juga dapat diartikan sebagai suatu proses
manufaktur yang menggunakan logam cair dan cetakan untuk menghasilkan bagian-bagian
dengan bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir produk jadi.
2.1 PROSES PENGECORAN
Proses
pengecoran meliputi: pembuatan cetakan, persiapan dan peleburan logam,
penuangan logam cair ke dalam cetakan, pembersihan coran dan proses daur ulang
pasir cetakan. Produk pengecoran disebut coran atau benda cor. Berat coran itu
sendiri berbeda, mulai dari beberapa ratus gram sampai beberapa ton dengan
komposisi yang berbeda, mulai dari beberapa ratus gram sampai beberapa ton
dengan komposisi yang berbeda dan hamper semua logam atau paduan dapat dilebur
dan dicor.
Proses
pengecoran secara garis besar dapat dibedakan dalam proses pengecoran dan
proses percetakan. Pada proses pengeceron tidak digunakan tekanan sewaktu
mengisi rongga cetakan, sedang pada proses pencetakan logam cair ditekan agar
mengisi rongga cetakan. Karena pengisian logam berbeda, cetakan pun berbeda,
sehingga pada proses percetakan cetakan umumnya dibuat dari loga. Pada proses
pengecoran cetakan biasanya dibuat dari pasir meskipun ada kalanya digunakan
pula plaster, lempung, keramik atau bahan tahan api lainnya.
2.2 PASIR
Ada dua cara pengecoran dengan
menggunakan cetakan pasir. Pembagian dilakukan berdasarkan jenis pola yang
digunakan:
1)
Pola yang dapat
digunakan berulang-ulang dan
2) Pola sekali pakai
Urutan pembahasan proses pengecoran adalah sebagai berikut:
1. Prosedur pembuatan cetakan
2. Pembuatan pola
3. Pasir
4. Inti
5. Peralatan (mekanik)
6.
Logam (telah
dibahas dalam Bab 3 dan Bab 4)
7.
Penuangan dan
pembersihan benda cor.
2.3 PROSEDUR PEMBUATAN CETAKAN
Cetakan diklasifikasikan berdasarkan
bahan yang digunakan:
1. Cetakan pasir basah (green-sand molds)
Cetakan dibuat dari pasir cetak
basah.
2. Cetakan kulit kering (Skin dried mold)
3.
Cetakan pasir kering (Dry-sand molds)
Cetakan dibuat
dari pasir yang kasar dengan bahan pengikat
4. Cetakan lempung (Loan molds)
5. Cetakan furan (Furan molds)
6. Cetakan CO2
7. Cetakan logam Cetakan logam
terutama digunakan pada proses cetak-tekan (diecasting) logam dengan suhu cair
rendah.
8. Cetakan khusus Cetakan khusus
dapat dibuat dari plastic, kertas, kayu semen, plaster, atau karet.
Proses pembuatan cetakan yang
dilakukan di pabrik-pabrik pengecoran dapat di kelompokkan sebagai berikut:
1. Pembuatan cetakan di meja (Bench
molding)
Dilakukan untuk benda cor yang
kecil.
2. Pembuatan cetakan di lantai (Floor
molding)
Dilakukan untuk
benda cor berukuran sedang atau besar
3.
Pembuatan
cetakan sumuran (pit molding)
4. Pembuatan cetakan dengan mesin
(machine molding)
Pembuatan
Cetakan
Sebagai contoh akan diuraikan
pembuatan roda gigi. Cetakan dibuat dalam rangka cetak (flak) yang terdiri dari
dua bagian, bagian atas disebut kup dan bagian bawah disebut drag. Pak kotak
cetak yang terdiri dari tiga bagian, bagian tengahnya disebut cheek. Kedua
bagian kotak cetakan disatukan pada tempat tertentu dengan lubang dan pin.
Cetakan Pola Sekali Pakai
Keuntungan dari proses cetak sekali
pakai ini meliputi :
1.
Sangat tepat
untuk mengecor benda-benda dalam jumlah kecil
2. Tidak memerlukan pemesinan lagi
3. Menghemat bahan coran
4. Permukaan mulus
5. Tidak diperlukan pembuatan pola
belahan kayu yang rumit
6. Tidak diperlukan inti atau kotak
inti
7. Pengecoran jauh lebih sederhana
Kerugiannya adalah :
1. Pola rusak sewaktu dilakukan
pengecoran
2.
Pola lebih mudah rusak, oleh karena itu memerlukan penangangan yang lebih sederhana.
3.
Pada pembuatan
pola tidak dapat digunakan mesin mekanik
4.
Tidak ada
kemungkinan untuk memeriksa keadaan rongga cetakan
3. PROSES
PENARIKAN KAWAT (WIRE DRAWING)
Proses wire drawing, penarikan kawat merupakan
suatu proses pembentukan logam dengan cara menarik wire rod, kawat
batangan, melalui dies atau cetakan oleh gaya tarik yang bekerja pada
bagian luar dan ditarik ke arah luar dies, cetakan. Terjadinya aliran
plastis pada pembentukan ini disebabkan oleh adanya gaya tekan yang timbul
sebagai reaksi dari logam terhadap cetakan.
Tujuan utama dari penarikan kawat adalah untuk mengecilkan
diameter batang kawat, wire rod. Batang Kawat berdiameter D1 direduksi
dengan memberi gaya tarik melalui cetakan menjadi kawat beriameter D2. Sehingga
terjadi reduksi area atau pengurangan luas penampang yang dinyatakan dengan
formula berikut:
r = reduksi area = 1 – (D2/D1)2
4.
PENEMPAAN (FORGING)
Proses penempaan atau forging adalah proses pembentukan
logam untuk menghasilkan produk akhir dengan memberikan gaya tekan dengan laju
pembebanan tertentu. Pada pembentukan ini, benda kerja di pukul atau ditekan
dengan perkakas melalui beberapa tahapan.
Produk hasil tempa memiliki struktur serat/garis alir yang
searah dengan kekuatan yang diharapkannya. Garis alir proses tempa cenderung
mengikiuti pola bentuk luar benda tempanya. Pada umumnya proses tempa
diaplikasikan untuk menghasilkan bentuk-bentuk yang tak beraturan, dengan
ukuran mulai dari bentuk ukuran kecil sampai besar.
Operasi tempa pada umumnya dilakukan pada temperatur tinggi
atau hot working, terutama untuk benda kerja ukuran besar. Sebagian operasi
tempa dilakukan pada temperatur rendah atau cold working untuk benda kerja
berukuran relatif kecil. Untuk dapat menjadi Produk akhir, biasanya
pembentukan dengan forging dilakukan secara bertahap
4.1 Produk Yang
Dihasilkan Teknologi Forging/Tempa
Beberapa contoh produk yang dihasilkan dengan menggunakan
teknologi pembentukan tempa seperti peralatan dapur yaitu sendok, garpu ataupun
pisau makan merupakan produk-produk yang dibentuk dengan proses tempa. Sebagian
suku cadang otomotive baik untuk sepeda motor maupun kendaraan roda empat juga
dibentuk melalui teknologi forging.
Berdasarkan kecepatan pembentukannya, atau kecepatan
pembebanannya, peralatan atau mesin operasi tempa dikelompokkan menjadi
dua, yaitu:
5.
PROSES EKSTRUSI
Proses ekstrusi merupakan proses pembentukan logam yang
bertujuan untuk mereduksi atau mengecilkan penampang dengan cara menekan bahan
logam melalui rongga cetakan. Pembentukan logam metoda ini menggunakan gaya
tekan yang relatif besar. Proses ini biasanya digunakan untuk membuat batang
silinder, tabung berongga, pipa atau profil-profil tertentu.
Proses ekstrusi membutuhkan gaya yang relatif besar,
sehingga pada umumnya operasinya dilakukan pada temperatur tinggi. Pada
temperatur tinggi, umumnya logam memiliki tahanan deformasi rendah. Gaya
deformasi menjadi rendah.
Operasi ekstrusi dilakukan dengan memasukkan billet
berbentuk silindris ke dalam wadah atau bejana ekstrusi, kemudian ditekan ke
arah die atau cetakan. Cetakan ditahan dengan kuat pada dinding wadah ekstrusi.
Gaya tekan melalui batang penekan, atau punch akan meng-upset atau mengodrong
billet untuk memenuhi bagian dalam wadah. Sebagian logam akan keluar lubang
penampang cetakan menjadi bagian produk.
Pada awal ekstrusi, proses deformasi tidak tetap atau non
steady, dan pada saat logam keluar melalui lubang cetakan, deformasi berubah
menjadi steady. Namun pada akhir operasi, deformasi kembali menjadi non steady.
6.
METALURGI SERBUK
6.1 Sejarah Metalurgi
Serbuk
Proses produksi logam secara
metalurgi sebrbuk sudah cukup dikenal sekitar abad ke – 18. Namun pada saat itu
logam yang paling banyak diproduksi dengan proses ini sebatas emas dan perak.
Hal itu mungkin dikarenakan logam ini memilki sifat komersial yang tinggi dan
membutuhkan waktu yang paling lama dalam prosesnya. Dan ketika mesin pres tekan
mulai dipergunakan, yakni pada sekitar tahun 1870, metalurgi serbuk berkembang
kepada bahan-bahan logam lainnya.
6.2 Defenisi Metalurgi Serbuk
Metalurgi serbuk adalah suatu
kegiatan yang mencakup pembuatan benda komersial, baik yang jadi atau masih
setengah jadi (disebut kompak mentah),
dari serbuk logam melalui penekanan. Proses ini dapat disertai pemanasan akan
tetapi suhu harus berada dibawah titik cair serbuk. Pemanasan selama proses
penekanan atau sesudah penekanan yang dikenal dengan istilah sinter menghasilkan pengikatan partikel
halus. Dengan demikian kekuatan dan sifat-sifat fisis lainnya meningkat. Produk
hasil metalurgi serbuk dapat terdiri dari produk campuran serbuk berbagai logam
atau dapat pula terdiri dari campuran bahan bukan logam untuk meningkatkan
ikatan partikel dan mutu benda jadi secara keseluruhan. Kobalt atau jenis logam
lainnya diperlukan untuk mengikat partikel tungsten, sedang grafit ditambahkan
pada serbuk logam bantalan untuk meningkatkan kwalitas bantalan.
Serbuk logam
jauh lebih mahal harganya dibandingkan dengan logam padat dan prosesnya, yang
hanya dimanfaatkan untuk produksi massal sehingga memerlukan die dan mesin yang
mahal harganya. Harga yang cukup mahal ini dapat dibenarkan berkat sifat-sifat
khusus yang dimiliki benda jadi. Beberapa produk hanya dapat dibuat melalui
proses serbuk; produk lainnya mampu bersaing dengan proses lainnya karena
ketepatan ukuran sehingga tidak diperlukan penyelesaian lebih lanjut.
6.3 Sifat – sifat Khusus Serbuk Logam
Ukuran partikel, bentuk dan
distribusi ukuran serbuk logam, mempengaruhi karakter dan sifat fisis dari
benda yang dimampatkan.
6.3.1
Bentuk
Bentuk partikel serbuk tergantung pada cara
pembuatannya, dapat bulat, tidak teratur, dendritik, pipih atau bersudut tajam.
6.3.2
Kehalusan
Kehalusan berkaitan erat dengan ukuran butir dan
ditentukan dengan mengayak
serbuk dengan ayakan standar atau dengan pengukuran mikroskop. Ayakan standar
berukuran mesh 36 - 850µm digunakan untyk mengecek ukuran dan menentukan
distribusi ukuran pertikel dalam daerah tertentu.
6.3.3
Sebaran Ukuran Partikel
Dengan sebaran
ukuran partikel ditentukan jumlah partikel dari setiap ukuran standar dalam
serbuk tersebut. Pengaruh sebaran terhadap mampu alir, berta jenis semu dan
porositas produk cukup besar. Sebaran tidak dapat diubah tanpa mempengaruhi
ukuran benda tekan.
6.3.4
Mampu Alir
Mampu alir merupakan karakteristik yang
menggambarkan sifat alir serbuk dan kemampuan memenuhi ruang cetak. Dapat
digambarkan sebagai laju alir melalui suatu celah tertentu.
6.3.5
Sifat Kimia
Terutama menyangkut kemurnian serbuk, jumlah oksida yang diperbolehkan dan kadar elemen
lainnya.
6.3.6
Kompresibilitas
Kompresibilitas adalah perbandingan volume serbuk
semula dengan volume benda yang ditekan. Nilai ini berbeda-beda dan dipengaruhi
oleh distribusi ukuran dan bentuk butir. Kekuatan tekan mentah tergantung pada
kompresibilitas.
6.3.7
Berat Jenis Curah
Berat jenis curah atau berat jenis serbuk dinyatakan
dalam kilogram per meter kubik. Harga ini harus tetap, agar jumlah serbuk yang
mengisi cetakan setiap waktunya tetap sama.
6.3.8
Kemampuan Sinter
Sinter adalah
proses pengikatan partikel melalui proses pemanasan.
6.4 Cara Pembuatan Serbuk
Meskipun
semua logam secara teoritis dapat dibuat menjadi serbuk, hanya beberapa jenis
logam dimanfaatkan dalam pembuatan benda jadi. Beberapa jenis logam memang
tidak dapat dibuat secara ekonomis. Yang digunakan adalah kelompok serbuk besi
dan tembaga. Brons digunakan untuk membuat bantalan poreus, bras dan besi
banyak digunakan untuk membuat suku cadang mesin yang kecil-kecil. Serbuk
nikel, perak, wolfram dan aluminium banyak juga digunakan dalam metalurgi
serbuk.
Berbagai jenis serbuk logam, karena
mempunyai cirri-ciri fisis dan kimia tertentu memerlukan cara pembuatan yang
berbeda. Prosedur berbeda, begitu pula ukuran dan struktur partikel. Pemesinan akan menghasilkan partikel
yang kasar dan digunakan untuk membuat serbuk magnesium. Proses penggilingan
dengan memanfaatkan berbagai macam mesin penghancur, mesin giling dan mesin
tumbuk dapat menghancurkan berbagai jenis logam. Bahan yang rapuh dapat
dihaluskan an dihancurkan dengan cara ini. Proses ini juga dimanfaatkan pada
pembuatan zat pigmen dari bahan yang duktil dan diperoleh partikel berbentuk
serpih. Biasanya ditambahkan minyak untuk mengecah penggumpalan. Shotting
adalah operasi dimana logam cair dituangkan melalui suatu saringan atau lubang
disusul dengan pendinginan dalam air. Proses ini menghasilkan partikel yang
bulat atau lonjong. Logam pada umumnya dapat di”shot” namun kerap kali ukuran
partikel yang dihasilkan terlalu besar.
Atomisasi atau penyemprotan logam, merupakan suatu cara yang baik untuk membuat serbuk dari logam suhu rendah
seperti timah hitam, aluminium, seng dan timah putih. Bentuk partikel tidak
teratur dan ukurannya berbeda-beda. Proses ini disebut granulasi tergantung pada
pembentukan oksida pada permukaan partikel selama prose pengadukan,
Pengendapan elektrolit (electrolytic
deposition) adalah cara yang umum diterapkan untuk mengolah besi, perak,
tantalum dan beberapa jenis logam lainnya. Untuk membuat serbk besi digunakan
elektroda plat baja yang dipasang sebagai anoda dalam tangki yang mengandung
elektrolit. Plat baja tahan karat ditempatkan dalam tangki sebagai katoda dan
besi mengendap dalam elektroda tersebut. Digunakan arus searah dan setelah ± 48
jam, diperoleh endapan setebal 2 mm. Plat katoda kemudian dikeluarkan dan besi
elektrolitik dikeruk. Besi yang sangat rapuh ini dicuci lalu disaring. Serbuk
diambil untuk pelunakan. Pada proses reduksi, oksida logam direduksi menjadi
serbuk dengan mengalirkan gas pada suhu di bawah titik cair. Untuk serbuk besi,
biasanya digunakan kerak, suatu oksida besi. Oksida in dicampur dengan serbuk
kokas dan dimasukkan ke dalam tanur putar.
Pada ujung pelepasan, campura ini
dipanaskan sampai 1050´C, hal ini menyebabkan karbon bereaksi dengan oksigen
yang terdapat dalam oksida besi. Terbentuklah gas yang dialirkan keluar. Besi yang tertinggal cukup
murni dan berbentuk spons. Serbuk logam lainnya seperti wolfram,molibden, nikel
dan kobalt dibuat dengan proses yang sama.
Cara
produksi yang lain diikuti presipitasi, kondensasi, dan proses kimia telah
dikembangkan untuk menghasilkan serbuk logam.
6.5 Cara Persiapan Serbuk Khusus
Persiapan serbuk dilakukan dengan
dua cara, seperti yang dijelaskan berikut ini:
6.5.1
Serbuk paduan
Serbuk yang duhasilkan melalui
pencampuran logam murni tidak akan mempunyai sifat yang sama dengan serbuk
paduan. Serbuk campuran lebih disukai dikarenakan lebih mudah membuatnya dan
hanya dengan tekanan yang lebih rendah serbuk paduan yang dipadu selam proses
pencairan menghasilkan sifat produk yang hampir sama dengan paduan padatnya.
Hal ini memungkinkan untuk dihasilkannya paduan seperti baja tahan karat dan
komposisi paduan tinggi lainnya, yang sebelumnya tidak mungklin dibentuk
melalui pencampuran. Serbuk logam pra-paduan mempunyai sifat-sifat seperti
tahan korosi, kekuatan tinggi atau daya tahan terhadap suhu tinggi.
6.5.2
Serbuk berlapis
Serbuk logam
dapat dilapisi dengna unsur tertentu, malalui caramengalirkan gas pembawa.
Setiap partikel tersalut (solute)
dengan merata, sehingga akan menghasilkan suatu produk yang bila disinter akan
mengikuti karakteristik tertentu dari sifat bahan pelapisnya. Hal ini
memungkinkan penggunaan serbuk murah dengan pengikat bahan aktif pada bagian
luarnya. Produk yang dibuat dari serbuk berlapis yang telah disinter, jauh
lebih homogen daripada produk yang dihasilkan dengan cara pencampuran.
7.
CARA
PENCEGAHAN KOROSI
7.1
CARA-CARA PENCEGAHAN KOROSI
Korosi menimbulkan banyak kerugian Karena menguraikan umur
berbagai barang atau bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya
korosi dapat dicegah dengan mengubah besi menjadi baja tahan karat (stainless
steel).akan tetapi, proses ini terlalu mahal untuk kebanyakan penggunaan
besi.
Kita ketahui bahwa korosi besi
memerlukan oksigen dan air. Kemudian, kita ketahui pula bahwa berbagai jenis
logam dapat melindungi besi terhadap korosi.
7.1.1 Mengecat
Jembatan, pagar dan railing
biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak besi dengan udara dan air.
7.1.2 Melumuri dengan oli dan gemuk
Cara ini diterapkan untuk berbagai
perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak besi dengan air.
7.1.3 Dibalut denagn plastik
Berbagai macam barang, misalnya rak
piring dan keranjang sepeda dibalut dengan pelastik. Pelastik mencegah kontak
besi dengan udara dan air.
7.1.4 Tin plating (pelapisan
dengan timah)
Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari
besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang
disebut electroplating. timah tergolong logam yang tahan karat. Besi
yang dilapisi timah tidak mengalami korosi karena tidak ada kontak dengan
oksigen (udara) dan air. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi
selama lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang
rusak,misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi.
Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negativ dari pada timah (EO
Fe = -0,44 volt; E0 Sn = -0,14 volt). Oleh karena itu, besi
yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi
sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi, hal
itu justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
7.1.5 Cromium
plating (pelapisan
dengan kromium)
Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan
kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper
mobil. Chromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti
zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang
rusak.
7.1.6 Zink Plating
Penyepuhan besi biasanya menggunakan
logam krom atau timah. Kedua logam ini dapat membentuk lapisan oksida yang
tahan terhadap karat (pasivasi) sehingga besi terlindung dari korosi. Pasivasi
adalah pembentukan lapisan film permukaan dari oksida logam hasil oksidasi yang
tahan terhadap korosi sehingga dapat mencegah korosi lebih lanjut.
Logam
seng juga digunakan untuk melapisi besi (galvanisir), tetapi seng tidak
membentuk lapisan oksida seperti pada krom atau timah, melainkan berkorban demi
besi.
7.1.7 Proteksi katodik
Proteksi katodik adalah metode yang sering diterapkan untuk
mengendalikan korosi besi yang dipendam dalam tanah, seperti pipa ledeng, pipa
pertamina, dan tanki penyimpan BBM. Logam reaktif seperti magnesium dihubungkan
dengan pipa besi. Oleh karena logam Mg merupakan reduktor yang lebih reaktif
dari besi, Mg akan teroksidasi terlebih dahulu. Jika semua logam Mg sudah
menjadi oksida maka besi akan terkorosi.
7.1.8 Penambahan Inhibitor
Inhibitor adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam suatu
lingkungan korosif dengan kadar sangat kecil (ukuran ppm) guna mengendalikan
korosi. Inhibitor korosi dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme
pengendaliannya, yaitu inhibitor anodik, inhibitor katodik, inhibitor campuran,
dan inhibitor teradsorpsi.
1) Inhibitor
anodic
Inhibitor anodik adalah senyawa
kimia yang mengendalikan korosi dengan cara menghambat transfer ion-ion logam
ke dalam air. Contoh inhibitor anodik yang banyak digunakan adalah senyawa
kromat dan senyawa molibdat.
2) Inhibitor
katodik
Inhibitor katodik adalah senyawa
kimia yang mengendalikan korosi dengan cara menghambat salah satu tahap dari
proses katodik, misalnya penangkapan gas oksigen (oxygen scavenger) atau
pengikatan ion-ion hidrogen. Contoh inhibitor katodik adalah hidrazin, tannin,
dan garam sulfit.
3) Inhibitor
campuran
Inhibitor campuran mengendalikan korosi dengan cara
menghambat proses di katodik dan anodik secara bersamaan. Pada umumnya
inhibitor komersial berfungsi ganda, yaitu sebagai inhibitor katodik dan
anodik. Contoh inhibitor jenis ini adalah senyawa silikat, molibdat, dan
fosfat.
4) Inhibitor
teradsorpsi
Inhibitor teradsorpsi umumnya
senyawa organik yang dapat mengisolasi permukaan logam dari lingkungan korosif
dengan cara membentuk film tipis yang teradsorpsi pada permukaan logam. Contoh
jenis inhibitor ini adalah merkaptobenzotiazol dan 1,3,5,7–tetraaza–adamantane.
Peristiwa
korosi sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu proses (perubahan / reaksi
kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian tertentu dari besi
berlaku sebagai kutub negatif (elektroda negatif, anoda), sementara bagian yang
lain sebagai kutub positif (elektroda positif, katoda). Elektron mengalir
dari anoda ke katoda, sehingga terjadilah peristiwa korosi.
BAB III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Proses
rekayasa dibidang Teknologi pada dasarnya merupakan upaya optimalisasi
penggunaan sumber daya alam secara efektif dan efisien agar memberikan manfaat
sebesar-besarnya untuk kepentingan hidup manusia. Perkembangan peradaban
manusia ditandai dengan meningkatnya kebutuhan dan kemudahan dalam mencapai
tujuan yang diinginkannya, oleh karena itu berbagai cara dilakukannya dan
selalu mencari berbagai alternative yang lebih baik dan efisien melalui
pemanfaatan energi yang ada. Ketersediaan sumber energi alam serta meningkatnya
populasi manusia, kembali manusia dituntut untuk mencari dan menemukan energi
alternative yang lebih efisien pula.
Dengan
demikian moderenisasi peradaban manusia akan menuntut menusia itu sendiri untuk
selalu berfikir dan berusaha mengembangkan Ilmu pengetahuan dan keterampilannya
agar dapat memanfaatkan dan menemukan Teknologi baru yang lebih baik dan tepat
guna, karena pada dasarnya alam telah menyediakan berbagai materi yang cukup,
hanya karena keterbatasan pengetahuan kita materi tersebut tidak dapat
dimanfaatkan, terlebih lagi pada era globalisasi dimana bangsa yang maju akan
lebih menguasi bangsa yang lemah. Berdasarkan pada kenyataan ini nampak jelas
bahwa pengetahuan tentang materi dan sumber daya alam ini mutlak harus dikuasai
agar dapat mengolah dan menggunakannya secara tepat dan
efisien sehinggga
memberikan manfaat secara optimal untuk kehidupan manusia. Secara sederhana
kita akan bertanya: Materi apa yang akan kita olah dan kita manfaatkan, jika
kita tidak mengetahui materi tersebut? Logam merupakan salah satu materi
alam yang memiliki peranan penting dalam mendukung berbagai sektor kehidupan
manusia yang memerlukan pengembangan dengan berbagai penerapan teknologi.
Untuk
itu banyak hal yang harus diketahui dan difahami karena ternyata
logam ini sangat
kompleks dan bervariasi dari jenis hingga sifat dan karakteristiknya. Para
Ilmuwan telah sejak lama melakukan analisis dan dapat kita gunakan sebagai
dasar teoritis untuk dikembangkan secara produktif. Proses-proses pengolahan
logam merupakan suatu metoda yang dapat mengimplementasikan pengetahuan dan
keterampilan tentang ilmu logam ke dalam bentuk berbagai produk yang
bermanfaat, melalui rekomposisi dari berbagai unsur logam menjadi sebuah unsur
logam paduan sehingga akan diperoleh suatu produk dengan sifat tertentu, yang
selanjutnya akan ditemukan sebuah formulasi baru yang lebih baik dan teruji
secara ilmiah untuk dimanfaatkan menjadi produk berstandar yang bernilai tinggi
sesuai dengan kebutuhan kualitas produk. Pengolahan logam dilakukan dengan
memilih berbagai jenis bahan yang sesuai dengan sifat produk yang dikehendaki,
melakukan peleburan atau pencairan melalui pemanasan, menuangkannya ke dalam
cetakan untuk memperoleh bentuk dan dimensi benda yang diinginkan serta
melakukan pengujian untuk mengetahui kesesuaian kualitas produk terhadap
kualitas yang disyaratkan.
2. SARAN
Untuk itu maka
berbagai pengetahuan sebagai dasar pelaksanaannya harus dikuasai, antara lain :
1.
Pengetahuan Logam dan bahan-bahan Teknik
2.
Membaca dan menggunakan Gambar
3.
Memilih dan menggunakan alat ukur serta alat penandaan
4. Teknik-teknik pengolahan logan dan
pembuatan produk melalui berbagai proses pengolahan.
5.
Pengujian dan pemeriksaan
6.
Mengenal berbagai metoda dan system Conversi energy
7.
Pengetahuan tentang perkakas pertukangan kayu dengan operasi mekanik
dan manual.
8. Menerapkan berbagai aspek keselamatan dan
kesehatan kerja (K3)
DAFTAR
PUSTAKA
depdiknas RI dirjen
pendidikan dasar menengah direktorat pendidikan menengah
kejuruan, (2002), Standar
Kompetensi Nasional Bidang Industri Logam dan Mesin, Jakarta.
baim7ulu.blogspot.com/2012/10/definisi-pengecoran-logam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar